Lama Wanita Menyusui

بسم الله الرحمن الرحيم

Menyusui, 2 Tahun penuh.

Segala puji –penuh takdzim- hanya milik Alloh عزّوجلّ, dan semoga sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada penutup para Nabi yang Mulia Muhammad bin Abdillah عليه أفضل الصلاة و أتمّ التسليم. Beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Masalah lamanya anak menyusui menjadi pembahasan yang cukup menarik diangkat di atas artikel-artikel ilmiah. Karena, masalah ini cukup urgen untuk dikenal oleh banyak orang tua khususnya istri(1).

Di dalam Al-Quran telah diterangkan bahwa, lama anak menyusui adalah dua tahun penuh. Sebagaimana yang difirmankan oleh Alloh عزّوجلّ dalam surat Al-Baqoroh ayat 233:
وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ
“Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anaknya dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna”.

Imam Ibnu Katsir رحمه الله mengatakan(2) :
هَذَا إِرْشَادٌ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى لِلْوَالِدَاتِ: أَنْ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ كَمَالَ الرَّضَاعَةِ، وَهِيَ سَنَتَانِ، فَلَا اعْتِبَارَ بِالرَّضَاعَةِ بَعْدَ ذَلِكَ؛ وَلِهَذَا قَالَ: {لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ} وَذَهَبَ أَكْثَرُ الْأَئِمَّةِ إِلَى أَنَّهُ لَا يُحَرِّمُ مِنَ الرَّضَاعَةِ إِلَّا مَا كَانَ دُونَ الْحَوْلَيْنِ، فَلَوِ ارْتَضَعَ الْمَوْلُودُ وَعُمْرُهُ فَوْقَهُمَا لَمْ يَحْرُمْ.
“Ini adalah anjuran dari Alloh untuk para ibu, agar mereka mengusui anak-anak mereka dengan sempurna, yakni 2 tahun. Maka tidak dianggap persusuan setelah itu. Oleh sebab itulah, Alloh عزّوجلّ berfirman: “..bagi yang ingin menyusui secara sempurna”. Dan kebanyakan para Imam berpendapat bahwa tidak menjadikan mahram persusuan kecuali dibawah 2 tahun, sekiranya seorang bayi menyusui dan umurnya di atas 2 tahun, maka tidak menjadi mahrom”(3).

Syekh(4) ‘Adil bin Yusuf Al-‘Azzaazi حفظه الله mengatakan:
“Penyebutan bilangan 2 tahun, adalah untuk batas yang memutuskan perselisihan antara suami istri dalam menentukan lama waktu menyusui”(5). [kitab “Tamamul Minnah”: 3/271].

>> Apakah wajib menyempurnakan 2 tahun atau tidak?
Jawab: Firman Alloh لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ artinya: “..bagi yang ingin menyusui secara sempurna”, adalah dalil tidak wajibnya menyusui sampai 2 tahun. Maka boleh kurang dari itu dan juga boleh lebih.

>> Kemudian 2 tahun penuh (haulaini kamilaini) menurut jumhur ahli tafsir adalah untuk semua anak, sama saja anak tersebut lahir pada usia kehamilan 9 bulan maupun 6 bulan.

Dan telah datang tafsiran lain dari Abdulloh bin Abbas رضي الله عنه bahwa:
– 2 tahun itu untuk anak yang lahir pada usia kehamilan 6 bulan.
– Apabila berusia 7 bulan, maka lama menyusuinya 23 bulan.
– Apabila berusia 9 bulan, maka lama menyusuinya 21 bulan(6).

Maka ayat-ayat yang menjelaskan bahwa hamil sampai menyapih selama tiga puluh bulan, itu menjelaskan usia minimal kandungan adalah 6 bulan.

Imam Al-Baghowi(7) رحمه الله تعالى dalam kitab tafsirnya berkata, ketika beliau menafsirkan ayat 15 surat Al-Ahqof “tiga puluh bulan”(8) :
يُرِيدُ أَقَلَّ مُدَّةَ الْحَمْلِ وَهِيَ سِتَّةُ أَشْهُرٍ وَأَكْثَرَ مُدَّةِ الرِّضَاعِ أَرْبَعَةٌ وَعِشْرُونَ شَهْرًا

“Maksudnya adalah usia minimal kehamilan adalah 6 bulan, dan lama maskimal menusyusuinya 24 bulan”(9) .

Apabila ada seorang wanita melahirkan di usia kehamilan 6 bulan, itu bisa saja terjadi dan tidak boleh bersu’udzon terhadapnya. Sebagaimana yang telah terjadi di zaman Amirul Mukminin Utsman bin ‘Affan رضي الله عنه, ada seorang lelaki yang bernama Ba’jah bin Abdulloh melaporkan istrinya yang melahirkan ketika janinnya berusia 6 bulan, kemudian Ali bin Abi Tholib berdalil dengan ayat Al-Baqoroh, Al-Ahqof dan Luqman bahwa usia minimal kehamilan 6 bulan, dan Utsman menyetujuinya dan juga para sahabat yang lain(10).

Ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah ini:
– Luqman: 14.
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ
“Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orangtuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia 2 tahun.” [QS: 31:14]

– Al-Ahqof: 15.
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا

“Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orangtuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah pula. Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan..” [QS: 46:15].

Imam Ibnu Abi Hatim meriwayatkan:
حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا فَرْوَةُ بْنُ أَبِي الْمَغْرَاءِ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ، عَنْ دَاوُدَ بْنِ أَبِي هِنْدَ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: إِذَا وَضَعَتِ الْمَرْأَةُ لِتِسْعَةِ أَشْهُرٍ، كَفَاهُ مِنَ الرَّضَاعِ أَحَدَ وَعِشْرُونَ شَهْرًا، وَإِذَا وَضَعَتْهُ لِسَبْعَةِ أَشْهُرٍ كَفَاهُ مِنَ الرَّضَاعِ ثَلاثَةٌ وَعِشْرُونَ شَهْرًا، وَإِذَا وَضَعَتْهُ لِسِتَّةِ أَشْهُرٍ فَحَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ، لِأَنَّ اللَّهُ تَعَالَى يَقُولُ: {وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلاثُونَ شَهْرًا}

Menceritakan kepadaku Ayahku, telah menceritakan kepada kami Farwah bin Abul Maghro’, menceritakan kepada kami Ali bin Mushir, dari Daud bin Abi Hind, dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas dia berkata:
“Apabila seorang wanita melahirkan pada usia 9 bulan, maka cukup bagi bayi itu disusui selama 21 bulan. Apabila dia melahirkannya pada usia 7 bulan, maka cukup bagi bayi tersebut untuk disusui selama 23 bulan. Dan apabila dia melahirkannya pada usia 9 bulan, maka bayi tersebut disusui selama dua tahun penuh”(11).

Walhasil:
Menyusui selama dua tahun bagi yang ingin menyempurnakan menyusui sangat dianjurkan. Baik anak yang disusui lahir pada usia 9, 7 atau 6 bulan. Karena ayat Al-Ahqof bukan batasan lama menyusui, namun untuk memutus khilaf.
– و الله تعالى أعلى و أعلم و أحكم –

Fathul Bari Lomboki.
Jakarta – Kav. Bulak, Klender.
Senin, 29-Jumadil Awwal-1435H/31-Maret-2014M.

_______________________________________________________________
1. Terutama ketika terjadi perceraian, persusuan, perzinaan dst.
2. Dalam kitab tafsirnya tentang ayat Al-Baqoroh 233.
3. Ini adalah masalah yang telah lama diperselisihkan, hingga zaman ini. Insya ‘Alloh akan kami bahas pada kesempatan yang lain.
4. Beliau Abu Abdirrohman, ‘Adil bin Yusuf Al-‘Azzazi حفظه الله تعالى, salah seorang penuntut ilmu dari Mesir.
5. Kitab “Tamaamul Minnah fi Fiqhil Kitab wa Shohihis Sunnah”, Pustaka Darul ‘Aqidah – Kairo/Mesir. Diberikan muqoddimah oleh Syekh Abu Ishak Al-Huwaini dan Muhammad Shofwat Nuruddin.
6. Sunan Al-Kubro oleh Imam Al-Baihaqi, dan yang lainnya.
7. Beliau Muhyis Sunnah, Abu Muhammad Al-Husain bin Mas’ud bin Muhammad Al-Baghowi ( wafat tahun 510K) رحمه الله تعالى. Diantara karya beliau yang cukup popular adalah kitab hadis “Syarhus Sunnah” dan tafsir “Ma;alimut Tanzil.
8. QS:46:15.
9. Kitab “Ma’alimut Tanzil fi Tafsiril Quran”: 4/195. Pustaka Ihyaut Turost Al-‘Arobi – Beirut, cet ke – 1 tahun 1320H. [Syamilah].
10. Baca tafsir Ibnu Katsir “Tafsir Al-Quran Al-‘Adzhim”, ketika menafsirkan surat Al-Ahqof ayat 15.
11. “Tafsir Ibnu Abi Hatim”: no 18567. [Syamilah].

Tinggalkan komentar